Selasa, 29 November 2011

STROKE

A.    Pengertian
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. (elizabeth J.Corwin) 
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supalai darah kebagian otak. (Brunner & Sudarth, 2002)
Stroke atau serebrovaskuler accident adalah gangguan suplai darah normal ke otak yang sering terjadi dengan tiba-tiba dan menyebabkan fatal neurologik deficit. (Igrativicius, 1995)

 SUMBER: BERBAGAI SUMBER

Penggolongan stroke berdasarkan perjalanan penyakit, dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.      Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2.      Progresif atau inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat.
3.      Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap

Penggolongan stroke berdasarkan patologi:
1.      Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa,
2.      Stroke trombotik terjadi akibat okulasi aliran darah, biasanya kerena aterosklerosis berat. Biasanya pasien mengalami satu atau beberapa kali serangan iskemik transien ( Transient ischemic attack, TIA).TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversible akibat hipoksia serebrum.
3.      Stroke embolik berkembang  sebagai akibat adanya oklusi oleh suatu embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber-sumber embolus yang menyebabkan penyakit ini adalah termasuk penyakit jantung setelah suatu infark miokardium atau fibrilasi atrium.
B.     Etiologi
1.      Trombosis
bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis serebral.

2.      Embolisme serebral
bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal.
3.      Iskemia
penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.
4.      Hemoragi Serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak
FAKTOR RESIKO PADA STROKE
1.      Tidak dapat dirubah (Non Reversible)
Ø  Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
Ø  Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
Ø  Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2.      Dapat dirubah (Reversible)
Ø  Hipertensi
Ø  Penyakit jantung
Ø  Kolesterol Tinggi
Ø  Obesitas
Ø  Diabetes Melitus
Ø  Polistemia
Ø  Stress Emosional

C.    Tanda dan Gejala
Stoke menyebabkan defisit nuurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequate dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya,diantaranya:
1.      Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2.      Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
3.      Tonus otot lemah atau kaku
4.      Menurun atau hilangnya rasa
5.      Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6.      Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7.      Gangguan persepsi
8.      Gangguan status mental

D.    Patofisiologi
1.    Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.

Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.

2.      Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung.  Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.

3.      Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.

E.     DIAGNOSA DAN RENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990)
1.      Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)
3.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan ( Donna D. Ignativicius, 1995)
4.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
5.      Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6.      Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)
7.      Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)
8.      Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
9.      Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
10.  Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan lesi pada upper motor neuron (Lynda Juall Carpenito, 1998)
Perencanaan
1.      Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
a.      Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
b.      Kriteria hasil :
·   Klien tidak gelisah
·   Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
·   GCS 456
·   Pupil isokor, reflek cahaya (+)
·   Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
c.       Rencana tindakan
·   Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya
·   Anjurkan kepada klien untuk bed rest totat
·   Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam
·   Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
·   Anjurkan klien untuk menghindari batukdan mengejan berlebihan
·   Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
·   Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
d.      Rasional
·   Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
·   Untuk mencegah perdarahan ulang
·   Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
·   Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
·   Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
·   Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
·   Memperbaiki sel yang masih viabel
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
a.      Tujuan :Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
b.      Kriteria hasil
·   Tidak terjadi kontraktur sendi
·   Bertabahnya kekuatan otot
·   Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
c.       Rencana tindakan
·   Ubah posisi klien tiap 2 jam
·   Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
·   Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
·   Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
·   Tinggikan kepala dan tangan
·   Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuklatihan fisik klien
d.      Rasional
·   Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
·   Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
·   Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar