Minggu, 27 November 2011

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA

EREKSI, EMISI dan EJAKULASI
Ereksi merupakan peristiwa neurofisiologis yang kompleks. Peristiwa ini terjadi ketika darah dengan cepat mengalir kedalam penis dan terperangkap di dalam rongga spongiosum.
Terdapat 3 sistem yang terlibat langsung dengan ereksi penis :
1.            Corpus Cavernosum yang memiliki struktur menyerupai spons (busa)
2.            Persarafan otonom penis
3.            Pasokan darah ke penis
Kekakuan penis terutama akibat perananan corpus cavernosum 
Corpus Spongiosum juga kencang saat ereksi namun tidak kaku





















Fisiologi dasar ereksi yang paling mudah difahami adalah dengan memperhatikan bahwa setiap corpus cavernosum dibayangkan sebagai ruang lakunar secara terpisah (lihat gambar dibawah)


Arteri (helikan) yang kecil mengalirkan darah kedalam rongga lakukar yang dikelilingi otot polos didalam dinding trabekular. Arteri ini memiliki dinding muskular yang kaku. vena kecil yang keluar dari rongga lakunar berubah menjadi venule (subtunika) yang lebih besar. Venula subtunika mengalirkan darah ke tunika albuginea dan membentuk vena emisaria. Tak seperti halnya dengan arteri, vena memiliki dinding yang amat fleksibel dan dapat di kompresi.
Saat penis dalam keadaan kendor, otot polos pada dinding lakunar berada dalam keadaan kontraksi. Kontraksi ini dipertahankan oleh serat saraf simpatis noradrenergik. Tonus noradrenergik di blok akibat aktivasi sistem parasimpatis sehingga otot intralakunar mengalami relaksasi.
Reflek ereksi dapat dibangkitkan oleh sinyal aferen dari ujung saraf sensoris pada glans penis yang dimediasi pada lokasi setinggi medula spinalis
Peranan testosteron pada fungsi ereksi masih belum diketahui dengan pasti.
Saat ejakulasi hampir terjadi, turgor penis meningkat lebih kuat. Otot polos dalam prostat, vas deferen dan vesikula seminalis berkontraksi secara berurutan untuk mengeluarkan cairan semen dan spermatozoa kedalam urethra pada suatu proses yang disebut emisi.
Ejakulasi memerlukan kontraksi otot polos urethra dan otot lurik bulbokavernosus dan iskiokavernosus   
 
Meskipun spermatogenesis yang sedang terjadi dalam testis dapat dipertahankan kualitasnya hanya oleh testosteron, namun FSH diperlukan dalam inisiasi spermatogenesis.
Tempat kerja utama FSH pada epitel tubulus seminiferus adalah di dalam sel Sertoli
Ketergantungan sel Sertoli pada FSH analog dengan kendali FSH pada sel granulosa yang homolog dalam ovarium. Seperti fase folikuler pada sel granulosa ovarium, sel Sertoli juga menghasilkan inhibin dan aktivin.
Inhibin bersama dengan testosteron akan menghambat sekresi FSH oleh hipofisis pada pria. Reseptor aktivin ditemukan pada sel sermatogenik dan mungkin terlibat dalam inisiasi spermatogenesis yang dimediasi oleh FSH
FUNGSI SEL LEYDIG
Seperti sel teka yang homolog pada ovarium, sel Leydig  memberikan respon FSH dengan men sintesa dan men sekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula respot prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan Ihdin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron ; namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri.
PENGATURAN SEKRESI GONADOTROPIN PADA PRIA
Mekanisme neuroendokrin yang mengatur fungsi testis pada dasarnya serupa dengan mekanisme yang mengatur fungsi ovarium.
 
GnRH hipotalamus yang disekresi ke dalam sistem portal hipofisis  menstimulasi sintesis dan pelepasan gonadotropin FSH dan LH.
FSH dan LH mengatur aktivitas spermatogenesis dan endokrin testis.
Pria pasca pubertas terus menerus mengalami gametogenesis dan produksi testosteron ; sementara pada wanita masa pasca pubertas mengalami periode yang siklis. Tidak adanya periode siklis pada pria disebabkan oleh karena androgen tidak menggunakan mekanisme umpan balik positif pada pelepasan gonadotropin.
Testosteron adalah pengatur utama sekresi LH pada pria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar