ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM REUMATIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM REUMATIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Demam reumatik adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif jantung, tulang, jaringan subkutan dan pembuluh darah pada pusat sistem persarafan, sebagai akibat dari infeksi beta-Streptococcus hemolyticus grup A.
B. Etiologi
- Secara pasti belum diketahui
- Penderita dengan infeksi saluran nafas yang tak terobati (kuman; A beta Hemolytic streptococcus).
C. Manifestasi klinis
- Polyarthritis
- Karditis
- Chorea (Pergerakan yang tanpa disadari pada tungkai, lengan dan muka)
- Eritema marginal (merah pada kulit yang lesi kemudian muncul makula pada truncus dan perifer)
- Adanya nodul pada subkutan.
D. Patofisiologi
- Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx
- Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel; yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
- Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
- Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
- Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko.
- Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.
E. Pemeriksaan diagnostik
- Riwayat adanya infeksi saluran nafas atas dan gejala
- Positif antistretolysin titer O
- Positif stretozyme positif anti uji DNAase B
- Meningkatnya C-reaktif protein
- Meningkatnya anti hyaluronidase, meningkatnya sedimen sel darah merah (eritrosit)
- Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
- Elektrokardiogram menunjukkan arrhtythmia E
- Ehocardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
F. Penatalaksanaan teraupetik
- Pemberian antibiotik
- Mengobati gejala peradangan, gagal jantung, dan chorea
- Pilihan pengobatan adalah antibiotik pencillin dan anti peradangan misalnya; aspirin atau penggantinya untuk 2-6 minggu.
G. Penatalaksanaan perawatan
a. Pengkajian
• Riwayat penyakit
• Monitor komplikasi jantung (CHF dan arrhythmia)
• Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
• Tanda-tanda vital
• Kaji adanya nyeri
• Kaji adanya peradangan sendi
• Kaji adanya lesi pada kulit
b. Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan orang tua/ anak berhubungan dengan pengobatan, pembatasan aktivitas, risiko komplikasi jantung
2. Tidak efektif koping individu berhubungan dengan kondisi penyakit
3. Nyeri berhubungan dengan polyartritis.
4. Risiko ijury berhubungan dengan infeksi streptococcus
c. Perencanaan
1. Orang tua dan anak akan memahami tentang regimen pengobatan dan pembatasan aktivitas.
2. Anak tidak akan menunjukakan stress emosional dan dapat menggunakan strategi koping yang efektif
3. Anak dapat menunjukkan dalam pengontrolan nyeri sesuai tingkat kesanggupan.
4. Anak akan memperlihatkan tidak adanya gejala-gejala sakit menelan untuk pertama kali atau tidak ada injury
d. Imlementasi
1. Mencegah atau mendeteksi komplikasi
• Auskultasi bunyi jantung untuk mengetahi adanya perubahan irama
• Pemberian antibiotik sesuai program
• Pembatasan aktivitas sampai manifestasi klinis demam reumatik tidak ada dan berikan periode istirahat.
• Berikan terapi bermain yang sesuai dan tidak membuat lelah.
2. Support anak dalam pembatasan aktivitas
• Kaji keinginan untuk bermain sesuai dengan usia dan kondisi
• Buat jadual aktivitas dan istirahat
• Ajarkan untuk partisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehari-hari
• Ajarkan pada anak/ orang tua bahwa pergerakan yang tidak disadari adalah dihubungkan dengan Chorea dan temporer.
3. Memberikan kontrol nyeri yang adekuat
• Kaji nyeri dengan skala
• Pemberian analgeik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program
• Reposisi untuk mengurangi stress sendi
• Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit
• Lakukan distraksi misalnya; teknik relaksasi dan hayalan.
4. Mencegah infeksi dan injury
• Monitor temperatur setiap 4 jam selama dirawat.
• Pemberian antibiotik sesuai program
• Lihat juga dalam perencanaan pemulangan
• Anak diistirahatkan
e. Perencanaan pemulangan
• Berikan informasi tentang kebutuhan aktivitas bermain yang sesuai dengan pembatasan, aktivitas
• Istirahat 2-6 minggu, bantu segala pemenuhan aktivitas kebutuhan sehari-hari
• Jelaskan pentingnya istirahat dan membuat jadual istirahat dan aktivitas sampai tanda-tanda klinis tidak ada.
• Jelaskan terapi yang diberikan; dosis, efek samping, risiko komplikasi jantung
• Berikan support lingkungan yang aman, jangan biarkan anak tidur di lantai
• Instruksikan untuk menginformasikan jika ada tanda sakit menelan
• Tekankan pentingnya kontrol ulang.
Demam rematik adalah penyakit inflamasi yang dapat mengembangkan dua sampai tiga minggu setelah infeksi streptokokus Grup A (seperti radang tenggorokan atau demam berdarah).Hal ini diyakini disebabkan oleh antibodi reaktivitas silang dan dapat melibatkan jantung, sendi, kulit, dan otak. Demam rematik akut biasanya muncul pada anak-anak antara usia 5 dan 15, dengan hanya 20% dari serangan pertama kali terjadi pada orang dewasa.
Demam rematik adalah umum di seluruh dunia dan bertanggung jawab untuk banyak kasus katup jantung yang rusak.Di negara-negara Barat, itu menjadi cukup langka sejak 1960-an, mungkin karena meluasnya penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi streptokokus.Meskipun hal ini jauh kurang umum di Amerika Serikat sejak awal abad ke-20, telah ada beberapa wabah sejak 1980-an. Meskipun penyakit ini jarang terjadi, itu adalah serius dan memiliki mortalitas 2-5%.
Demam rematik terutama mempengaruhi anak-anak antara usia 5 dan 15 tahun dan terjadi sekitar 20 hari setelah radang tenggorokan atau demam scarlet. Dalam sampai sepertiga dari kasus, infeksi radang mendasar tidak mungkin menyebabkan gejala apapun.
Tingkat pengembangan demam rematik pada individu dengan infeksi streptokokus yang tidak diobati diperkirakan 3%.Kejadian kekambuhan dengan infeksi tidak diobati berikutnya secara substansial lebih besar (sekitar 50%).Laju pembangunan jauh lebih rendah pada individu yang telah menerima pengobatan antibiotik.Orang yang telah mengalami kasus demam rematik memiliki kecenderungan untuk mengembangkan suar-up dengan radang infeksi berulang.
Berulangnya demam rematik relatif umum dalam ketiadaan pemeliharaan antibiotik dosis rendah, khususnya selama tiga sampai lima tahun pertama setelah episode pertama. Komplikasi jantung mungkin jangka panjang dan berat, terutama jika katup yang terlibat.
Korban Demam rematik sering harus mengambil penisilin untuk mencegah infeksi streptokokus yang mungkin dapat mengarah kepada kasus lain demam rematik yang bisa berakibat fatal.
PENDAHULUAN
-
Demam reumatik adalah sindrom klinis sebagai akibat infeksi Streptokokus hemolitik grup A, dengan salah satu gejala mayor yaitu, poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum 1,2,3,4. Demam reumatik biasanya terjadi akibat infeksi beta-streptokokus hemoliticus grup A pada saluran pernafasan bagian atas.1,2
Mekanisme patogenesis yang menimbulkan perkembangan demam rematik akut belum diketahui secara pasti namun ada dua teori dasar yang berupaya menjelaskan perkembangan sekuele faringitis streptokokusus grup A ini, yakni pengaruh toksis yang dihasilkan oleh toksin ekstra seluler streptococcus grupa A pada organ sasaran seperti miokardium, katup, sinovium dan otak, dan kelainan respon imun oleh hospes manusia.4,5
Perjalanan klinis demam reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium. Stadium I berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman streptokokus B hemolitikus grup A. Umumnya keluhan berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, muntah, dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan lainnya.Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar.Stadium II disebut juga periode laten, yaitu masa antara infeksi streptokokus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu.Stadium III adalah fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan manifestasi spesifik demam reumatik.Gejala peradangan umum biasanya penderita mengalami demam yang tidak tinggi, anoreksia, lekas tersinggung dan berat badan tampak menurun, anak pucat karena anemia, athralgia, sakit perut. Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan tanda-tanda reaksi peradangan akut berupa terdapatnya C reaktiv protein dan leukositosis serta meningginya laju endap darah. Titer ASTO meninggi pada kira-kira 80% kasus.Pada pemeriksaan EKG dapat dijumpai pemanjangan interval PR. Sebagian gejala-gejala peradangan umum dikelompokkan sebagai gejala minor. Manifestasi spesifik berupa karditis, poliartritis migrans, korea, eritema marginatum, nodul subkutan dikelompokkan sebagai gejala mayor4,5,6
Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis demam reumatik dengan biakan tenggorok, ASTO, DNAase B dan uji AH, LED faktor rheumathoid, uji adanya antibodi anti nuklear, dan penentuan kadar komplemen, gamma globulin serum, elektrokardiogram dan rontgenogram dada.5
Kriteria diagnosis demam reumatik akut (DRA) berdasarkan Kriteria Jones (revisi 1992), ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti infeksi streptokokus grup A tenggorok positif dan peningkatan titer antibodi Streptokokus 2,3,4,5,6,7,8,9
Jantung merupakan satu-satunya organ yang dapat menderita kelainan permanen akibat demam rematik. Sebagian penderita demam reumatik akut dengan valvulitis dapat melewati stadium III dan sembuh tanpa gejala sisa katup, sebagian lagi akan tenang dengan meninggalkan gejala sisa katup, dengan atau tanpa kardiomegali atau gagal jantung 3,4.
Kriteria derajat penyakit demam reumatik ini terbagi 4 yakni, derajat 1 dengan artritis atau korea tanpa karditis. Derajat 2 dengan karditis tanpa kardiomegali.Derajat 3 dengan karditis disertai gagal jantung.Derajat 4 dengan karditis yang disertai gagal jantung.7 Kelainan katup yang paling sering ditemukan adalah katub mitral, kira-kira 3 kali lebih banyak dari pada katub aorta. Komplikasi yang dapat timbul antara lain insufisiensi Mitral, stenosis mitral dan insufisiensi aorta.3.,4,6
-
-
PENATALAKSANAAN DEMAM REUMATIK
-
Terapi demam reumatik akut dapat dibagi menjadi lima pendekatan :8
PENGOBATAN KAUSAL
Pengobatan kausal dilakukan dengan cara eradikasi kuman Streptokokus pada saat serangan akut dan pencegahan sekunder demam rematik. Cara pemusnahan Streptokokus dari tonsil dan faring sama dengan pengobatan faringitis Streptokokus, yakni pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis 1,2 juta unit untuk pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600.000 samapi 900.000 unit untuk pasien dengan berat badan < 30 kg. Penisilin oral 400.000 unit (250 mg) diberikan 4 kali sehari selama 10 hari dapat digunakan sebagai alternatif. Eritromisin 50 mg/kgBB sehari dibagi 4 dosis yang sama, dengan maksimum 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan untuk pasien yang alergi penisiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar